Menyatukan Keagungan Perahu Sandeq, Massossor Manurung, Silaturrahmi Wija Lapatau Internasional dan Pagelaran Seni Budaya Mandar

Oleh: Muhammad Yusuf, S.H., M.H. *

Mapos, SUMBANG Saran untuk Pelestarian Budaya dan Kecintaan terhadap Tanah Pusaka Tampo Pembolongan

Tulisan ini bukan sekadar gagasan festival, melainkan sumbang saran dan seruan hati bagi pelestarian budaya serta penguatan jati diri masyarakat Mandar. Sebagai anak negeri di tanah pusaka Tampo Pembolongan, saya meyakini bahwa menjaga dan menghidupkan kembali warisan budaya adalah bentuk tertinggi kecintaan pada tanah leluhur.

Orang Mandar adalah pewaris peradaban maritim yang agung. Dalam setiap debur ombak dan tiupan angin laut, tersimpan kisah keberanian, kebijaksanaan, dan keuletan yang membentuk karakter pelaut ulung dan masyarakat yang beradab.

Dua warisan besar menjadi simbol kebesaran itu:

Massossor Manurung, ritual sakral pencucian pusaka kerajaan, melambangkan rasa syukur, penghormatan terhadap leluhur, serta harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas.

Perahu Sandeq, perahu layar tercepat di Asia Tenggara, adalah representasi ketangguhan, kecerdasan navigasi, dan etos kerja keras masyarakat Mandar.

Namun, di tengah derasnya arus globalisasi, kedua pusaka ini belum sepenuhnya digali dan diolah menjadi kekuatan budaya, ekonomi, dan diplomasi yang mendunia. Dari sinilah muncul gagasan “The Mandar Maritime Heritage Festival” sebuah upaya menyatukan sakralitas Massossor Manurung, adrenalin Sandeq Race, serta kemegahan Pagelaran Seni Budaya Mandar dalam satu kemasan festival bertaraf internasional.

Kolaborasi Tiga Pilar Budaya: Spiritual, Kompetitif, dan Artistik

Festival ini dirancang sebagai narasi budaya utuh yang menggambarkan perjalanan sejarah dan kebesaran jiwa orang Mandar. Bukan sekadar pesta rakyat, tetapi ruang edukasi, diplomasi budaya, serta penggerak ekonomi kreatif daerah.

1. Massossor Manurung – The Heritage Ceremony

Posisi dalam Festival:

Menjadi pembuka resmi festival. Ritual pencucian pusaka dilaksanakan secara khidmat, disaksikan oleh tokoh adat, pemerintah daerah, serta perwakilan raja dan sultan se-Nusantara.

Nilai Jual:

Ritual ini menawarkan pengalaman spiritual dan historis yang langka. Bila dikolaborasikan dengan prosesi adat Nusantara lainnya mengingat jejak hubungan sejarah masa lalu maka ia akan tampil sebagai atraksi budaya yang eksotik dan mendalam di mata dunia.

Sebagaimana filosofi Mandar yang menyatukan identitasnya:

Tau de mapatuo anna mapattama’na, nasaba’ ada’na to Mandar, ada’ to Mamuju.

(Mereka hidup dan tumbuh bersama karena adat Mandar dan Mamuju adalah satu kesatuan.)

2. Sandeq Silumba – The Adrenaline Competition

Posisi dalam Festival:

Menjadi puncak utama festival di perairan Mamuju. Balapan perahu Sandeq menghadirkan keindahan laut, kecepatan, dan kegigihan pelaut Mandar.

Nilai Jual:

Sandeq bukan hanya perahu — ia adalah ikon sport tourism dunia. Keindahan desain, kecepatan layarnya, dan keanggunan pelaut Mandar akan menjadi tontonan menawan bagi wisatawan, jurnalis, dan fotografer internasional.

Rute lomba dapat diatur agar terlihat dari garis pantai, sehingga masyarakat dapat turut merasakan semangat “Sandeq melawan ombak.”

3. Pagelaran Seni dan Budaya Kontemporer – The Cultural Art Performance

Posisi dalam Festival:

Menjadi pengisi malam dan penutup megah festival. Pementasan Sande Silumba, musik dan tari yang terinspirasi dari gerak pelaut Sandeq dan ritus Manurung, akan dikemas dalam balutan modern tanpa meninggalkan nilai adat.

Nilai Jual:

Perpaduan tradisi dan inovasi akan menarik generasi muda, memperkenalkan budaya Mandar dengan gaya yang segar, dinamis, dan berdaya saing internasional.

Rancangan Besar: Festival Budaya Maritim Mandar (FBMM)

FBMM diharapkan menjadi ikon tahunan Sulawesi Barat dan wajah kebudayaan bahari Indonesia Timur.

Festival ini bukan hanya perayaan, tetapi program strategis untuk menciptakan income daerah melalui pariwisata, sponsorship, dan ekonomi kreatif.

Kegiatan turunannya dapat meliputi:

Expo Bahari dan Ekonomi Kreatif: menampilkan kuliner, kriya, dan hasil laut khas Mandar.

Simposium Budaya dan Diplomasi Maritim Nusantara: menghadirkan budayawan, akademisi, dan pelaut lintas daerah.

Silaturrahmi Wija Lapatau Internasional: mempertemukan diaspora Mandar dari berbagai negara, memperkuat jejaring global Mandar.

Penutup: Dari Laut Mandar untuk Dunia

Melalui The Mandar Maritime Heritage Festival, dunia akan kembali menoleh ke laut Mandar — tempat lahirnya pelaut tangguh, pemikir bijak, dan budaya luhur yang menautkan manusia dengan alam dan Tuhan.

Festival ini adalah manifesto cinta terhadap Tampo Pembolongan, panggilan untuk meneguhkan jati diri, memperkuat ekonomi rakyat, dan menempatkan Mandar di peta kebudayaan maritim dunia.

“Laut bukan pemisah, melainkan penghubung peradaban. Dan dari Mandar, peradaban bahari itu akan kembali berlayar.

(***)

 

* Pemerhati Budaya Mamuju Mandar
error: Maaf... ! Web ini di Protek yaaa...