Duh, Bosnya Meninggal Akbat Covid-19, 10 Karyawan Diisolasi

Duh, Bosnya Meninggal Akbat Covid-19, 10 Karyawan Diisolasi

Foto Saat Penjemputan Pasien Covid-19 di Majene

Mapos, Majene — Siapa yang tidak sedih mendengar kabar duka yang menghiasi laman FB. “Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun, telah berpulang ke Rahmatullah Bapak Amran (maaf nama dan tempat kerja disamarkan) Pimpinan Salah Satu Perusahaan Swasta, Semoga husnul khatimah,” tulis hampir di semua laman FB.

Duh, Bosnya Meninggal Akbat Covid-19, 10 Karyawan Diisolasi

Tak lama kemudian telepon genggam Andika berdering. Menurut Andika, Ia sudah menduga bahwa anaknya, Fani yang sekantor dengan almarhum menelepon untuk memberi tahu bahwa pimpinannya meninggal dunia. “Ayah, bos ku meninggal,” suara lirih Fani dari seberang telepon seperti diceritakan Andika.

“Innalillahi Wa Innailahi Raajiun. Sakit apa beliau?,” tanya Andika. “Katanya sakit jantung,” jawab Fani singkat. “Pantas, sejak dua hari terakhir ini saya tidak enak badan. Nah, setelah dapat berita, saya langsung berkeringat. Mungkin ini alamat kalau bos ku mau meninggal,” sambung Fani.

“Ya sudah, yang penting kamu baik-baik saja, tetap jaga kesehatan,” kata Andika.

“Iya, sudah dulu ya ayah, Assalamu alaikum,” ujar Fani menutup telepon.

Memang sebelum kabar duka itu datang, Fani telah menyampaikan kepada ayah dan ibunya di Majene kalau ia tidak masuk kantor lantaran sakit.

“Fani mengaku dia demam kala itu dan tidak masuk kantor. Katanya, gejala flu karena hidungnya tersumbat,” ucap Andika.

Menurut Fani seperti disebutkan Andika, Jum’at (6/11/2020) sehari setelah pemakaman Amran, hasil swab almarhum ternyata terkonfirmasi positif Covid-19.

Tahu kalau hasil swab almarhum positif Covid-19, seluruh tim gugus tugas penanganan Covid-19 di Kabupaten Mamuju Tengah bersikap. Semua keluarga yang berkontak langsung dengan almarhum diswab.

Hasilnya, istri, anak, bahkan semua karyawan dan karyawati dimana Amran bekerja terkonfirmasi positif Covid-19.

“Kami dikarantina di Puskesmas yang ditunjuk oleh tim gugus tugas, termasuk 10 orang teman ku,,” kata Fani seperti diceritakan Andika.

Ada yang lebih memiriskan katanya, saat penjemputan Fani dan kawannya satu kos, Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 setempat datang menggunakan mobil ambulans dengan raungan serine ditambah pakaian hazmat yang digunakan sangat menyita perhatian warga sekitar.

“Menurut Fani, banyak yang memoto mereka saat dijemput. Fani sempat shock. Dia malu,” kata Andika.

“Saya tetap menyemangati anak saya dan mengatakan kalau mereka harus tegar. Covid-19 bukan aib. Tetap semangat dan selalu berpikiran positif supaya imun tubuh semakin kuat,” tambah Andika.

Singkat kata, lanjut Andika memasuki hari keempat, Fani melaporkan bahwa dirinya sudah tidak mencium aroma dan indra perasa di lidahnya sudah berkurang.

“Dia sudah tidak mencium bau apapun,” kata Andika.

Saat mendengar kabar itu, Andika ingin segera menemui anaknya namun anaknya menolak untuk ditemui.

“Tidak usah datang ayah, tidak ada gunanya karena nanti sedih juga kalau kita tidak bisa ketemu,” kata Fani kepada sang ayah

Tak lama kemudian, ketika salah seorang anggota DPR RI, Arwan Aras melakukan reses ke Kabupaten Majene dimana Andika berdomisili, oleh Andika sempat menemui anggota DPR RI dari komisi 8 itu dan menanyakan kepada Arwan Aras bagaimana penangan Covid-19 di Mamuju Tengah.

Dikatahui bahwa Arwan Aras adalah putra Bupati Mamuju Tengah, Aras Tamauni yang terpilih menjadi legislator di DPR RI.

“Tidak usah khawatir, Insya Allah pemerintah dan tim gugus tugas di sana (Mamuju Tengah) pasti memberikan perawatan terbaik kepada warga yang terkena Covid-19,” kata Arwan Aras memberi semangat.

Dikonfirmasi terpisah, Fani menyebut, hingga hari kedelapan dalam isolasi, pihak Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 setempat selalu memberikan perhatian ekstra kepada pasien.

“Mereka bilang, minta apa saja yang dibutuhkan. Pelayanannya cukup bagus. Kami semua tidak merasa seperti orang sakit. Hari-hari kami dipenuhi dengan canda dan tawa. Doakan ya semoga swab kami berikutnya dinyatakan negative,” kata Fani di balik telepon.

Disinggung soal apakah dia dan rekan kerjanya tidak mematuhi protokol kesehatan dalam memberikan layanan kepada masyarakat saat bekerja sehingga dirinya terpapar Covid-19, Fani secara tegas mengatakan, Protokol Kesehatan menjadi prioritas utama di kantornya sebelum beraktifitas.

“Kalau itu sih kita sudah jalankan semua. Bahkan sampai-sampai tangan ku lecet akibat selalu pakai handskun dan hand sanitizer. Mungkin karena bos yang kena duluan sehingga kami ikut terpapar ditambah beban kerja yang cukup berat karena kami selalu lembur bahkan hingga pukul 10.00 malam baru pulang,” ungkap Fani.

Hingga berita ini tayang, dari sekitar 23 orang pasien yang diisolasi, baik yang OTG atau bergejala dikabarkan sudah mulai membaik.

“Tinggal tunggu hasil swab dari tim gugus. Kalau masih positif berarti karantinanya berlanjut. Tapi kalau negative, mungkin pekan depan kita sudah bisa pulang,” tutup Fani.

(fajar soenoe)