Mamuju  

Derita Rahma Sakira Asal Mamuju, Bocah 3 Tahun Pengidap Hidrosefalus

Mapos, Mamuju – Seorang balita bernama Rahma Sakira (3) hanya terbaring di tempat tidur karena menderita hidrosefalus. Untuk asupan makan, Rahma dibantu dengan selang yang di masukan ke hidungnya.

Derita pilu yang harus dialami warga Mamuju. Meski pada awal kelahirannya, Rahma disebut pihak keluarga terlahir normal seperti bayi pada umumnya.

Derita Rahma Sakira Asal Mamuju, Bocah 3 Tahun Pengidap Hidrosefalus

“Saat awal kelahiran, Rahma itu lahir seperti bayi normal pada umumnya. Ia pun terlahir dengan berat 2,5 kilogram. Ukuran kepalanya mulai membesar di luar kewajaran, saat ia berusia empat bulan,” tutur ibunda Rahma, Siti Sajrah, Sabtu (20/10/2018).

Mengetahui anaknya mengidap penyakit tersebut, Sajrah (24) beserta sang suami Faisal (24) mencoba memeriksakannya ke RS Mitra Manakarra dan mendapatkan perawatan pada bulan Juli 2017. Tapi lantaran peralatan di RS tersebut terbatas, maka Rahma pun kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wahidin, Makassar, Sulsel.

“RS Mitra Manakarra, peralatannya kurang sehingga Rahma waktu itu dirujuk ke RSUD Wahidin yang ada di Makassar. Bahkan, sempat dirawat di Wahidin dan menjalani operasi sebanyak dua kali,” ungkapnya.

Operasi pertama dijalani Rahma saat usianya masih dua tahun pada 2017, sedangkan kali kedua dijalani pada saat Rahma berumur 3 tahun pada 2018.

Meski demikian, volume kepala anak pertama dari dua bersaudara pasangan Siti Sajrah dan Faisal tersebut, tak juga kunjung normal hingga saat ini. Malahan di operasi kedua, Rahma sudah tidak bisa lagi bergerak dan melihat hingga untuk asupan makanannya harus dibantu melalui selang yang di pasang di hidungnya.

“Saat operasi pertama tahun 2017, masih melihat dan bergerak, ukuran kepalanya ada sedikit perubahan. Di operasi kedua ini pada 2018, Rahma sudah tidak bisa lagi melihat dan bergerak. Setiap di gerakkan dan di miringkan, Rahma muntah,” kata Sajrah.

Dalam kondisi tidak melihat dan tidak bergerak, pihak dokter mengatakan Rahma baik-baik saja dan sudah bisa di pulang.

“Saya sempat tanyakan ke dokternya, kenapa di bolehkan pulang, sedangkan kondisi Rahma sudah tidak bisa melihat dan bergerak. Dokter bilang tidak apa-apa karena itu pengaruh dari kepalanya usai operasi,” ujarnya dengan nada sedih.

Dua bulan di Mamuju usai di rawat di Makassar, tak satupun pihak Dinkes Mamuju melakukan kroscek atas tindakan penyakit selanjutnya yang dialami Rahma.

Yang lebih menyedihkan lagi, kata Sajrah, anaknya Rahma, bila makan hanya diberikan air beras sebagai pengganti asupannya, lantaran tidak memiliki biaya untuk membeli susu.

Enggan Menyerah

Orangtua Rahma enggan menyerah begitu saja. Demi mengobati sang buah hati untuk dapat kembali hidup dengan normal, berbagai upaya pun dilakukan, termasuk harus meminjam uang kepada rentenir.

“Bantuan dari pemerintah sama sekali tidak ada untuk memenuhi kebutuhan Rahma sehari-hari, minimal pembeli susunya saja,” tutur Sajrah.

Sajrah sehari-hari berprofesi sebagai ibu rumah tangga, sedangkan suaminya faisal seorang buruh di salah satu toko di Mamuju.

Padahal selain Rahma, pasangan Sajrah dan Faisal masih memiliki satu anak lain yang harus dibiayai yang masih berumur 2 tahun.

Tinggal di Kos

Mereka tinggal di sebuah rumah kos sederhana berukuran 4×5 meter di jalan Jenderal Sudirman. Di rumah tanpa sekat kamar-kamar inilah keluarga Rahma bersama satu adiknya tinggal satu rumah.

Biaya kos, Sajrah harus mengeluarkan biaya per bulannya sebesar Rp. 550 ribu, belum lagi untuk biaya makan keluarganya. Sajrah memiliki orang tua yang tinggal di Rangas. Agar tidak menambah beban orang tuanya, Sajrah dan keluarga harus kos.

“Orang tua tinggal di Rangas, suami meminta untuk kos agar tidak membebankan orang tua,” ujarnya.

Derita Rahma Sakira Asal Mamuju, Bocah 3 Tahun Pengidap Hidrosefalus
Derita Rahma Sakira Asal Mamuju, Bocah 3 Tahun Pengidap Hidrosefalus.

Kedua orangtua Rahma berharap ada uluran tangan dari pemerintah atau dermawan yang bersimpati demi kesembuhan anaknya.

(usman)