Mapos, Palu – Memasuki hari kelima pasca longsor, gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi dan Kota Palu, sejumlah bantuan mulai banyak berdatangan.
Dari jumlah bantuan yang masuk, baik sembako, pakaian bekas layak pakai hingga air mineral diperkirakan para korban tak akan kelaparan dan kehausan.
Namun sayang, faktanya tidak demikian. Untuk mendapatkan bantuan, para korban dihadang dengan sejumlah birokrasi.
“Hingga saat ini kami belum menerima bantuan pak. Untuk mendapatkan bantuan, kita harus mendapat surat pengantar dari kepala lingkungan terus ke kelurahan hingga ke camat. Kemana mereka harus di cari pak. Mereka juga korban,” tutur Dewi (29), Minggu (7/10/2018).
Menurutnya, kondisi seperti ini yang menyebabkan keluarganya mengungsi ke Gorontalo, Makassar dan Surabaya.
Senada dengan korban lainnya, Anty. Hingga saat ini ia dan keluarganya belum mendapat bantuan. “Kita hanya bertahan dengan sisa pasokan bahan makanan sebelum bencana di rumah salah satu keluarga kami di dataran tinggi Palu,” akunya.
Keluhan yang sama banyak menghiasi dinding-dinding media sosial.
Diketahui, bencana alam yang menimpa warga Sulteng cukup parah. Tak heran jika berkas penting seperti KTP, KK, SIM bahkan ijazah dan sertifikat turut musnah ditelan bumi.
Masih perlukah birokrasi dan segala macam aturan jika keadaan genting???
(ipunk)