
Mapos, Mamuju – Pemprov Sulbar komitmen menjadikan Sulbar sebagai Kota Wisata. Senin (23/10/2017).
Hal tersebut ditandai dengan dimulainya penyusunan RIPDA (Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah) dalam bentuk Ranperda.
Kadis Pariwisata Sulbar Yakop F Solom mengatakan pihaknya sedang menyusun RIPDA.
Adapun regulasi yang akan dibuat oleh Dinas Pariwisata bekersama dengan BUMD bagian Pariwisata ini tak lain adalah penetapan zona strategis pariwisata di Sulbar.
Penetapan zona yang dimaksud untuk memastikan tujuan para wisatawan datang ke Sulbar.
Seperti di contohkan oleh Yakob di enam Kabupaten Sulbar ini akan dijadikan sebagai kawasan maritim.
Betapa tidak, enam Kabupaten di Sulbar ini memiliki wisata dan kebudayaan masing-masing yang bisa menjadi daya tarik.
Selain itu, Perda ini juga membahas tentang pendapatan daerah.
“Jadi Perda ini berkonsep pariwisata untuk masyarakat, wisata sehat, dan pariwisata terkendali,” katanya.
Jika Perda efektif, akan memberikan kebaikan kepada masyarakat, pemerintah dan pelaku usaha pariwisata di Sulbar.
Olehnya itu besar harapannya Perda ini dapat disetujui dewan perwakilan rakyat, dan didukung masyarakat Sulbar.
Sementara itu, Direktur PT. Sulbar Wisata Malaqbi H. Herman Kulawe mengatakan mengapresiasi RIPDA yang akan dibuat oleh Dinas Pariwisata Sulbar.
Menurutnya dengan adanya regulasi tentang kepariwisataan dapat menambah pendapatan asli daerah.
“Tentunya kami dukung itu,” kata H. Herman, seraya sebut ini sudah saatnya dibahas di DPRD.
H. Herman berharap agar Perda dapat segera di realisasikan agar menjadi bentuk kami untuk bekerja dan mengkonekkan program-program kami melalui pariwisata.
Dia menambahkan, apabila perda tersebut belum direalisakikan akan menjadi persoalan ke depan dikarenakan tidak singkrongnya program kami.
Dijelaskan, adapun program kami ke depannya adalah bagaiman mengangkat obyek wisata yang ada di Sulbar, untuk di Kabupaten Mamuju memiliki wisata seperti wisata Gentungan, lombang-lombang, dan pasir putih serta sumur tiga rasa di Pulau Karampuang. Sementara di Kabupaten Matra sendiri bagaimana kita bisa mempromosikan dan mengekspos keluar keunikan suku Binggi yang tinggal diatas pohon. Sedangkan di Kabupaten Mamasa sendiri bagaimana kita dapat meningkatkan budaya lokal disana seperti memperkuat adat istiadat. Di Kabupaten Polman, bagaiman kita bisa meningkatkan budaya religius yang dipusatkan mesjid Imam Lapeo, serta di Kabupaten Majene sendiri, bagaiman kita memperkuat budaya Sayyang Patu’du yang dilaksanakan pada saat khataman Al Quran.
Program-program inilah yang akan kita laksanakan demi memajukkan dan mengenalkan wisata dan budaya Sulbar di kanca Nasional, terang H. Herman.
(usman)